Rabu, 26 Juni 2024

MEMBUAT DIKSI, SENI MEMPERINDAH TULISAN

 

Selamat malam sobat penulis, salam jumpa pada resume ke 18 KBMN gelombang 31. Narasumber kali ini adalah guru cantik Ibu Maydearly, dari Lebak Banten. Nama beliau pun seperti diksi yang indah, bukankah begitu?.

Sesuai dengan materi kali ini yaitu diksi dan seni bahasa.


Apa itu diksi?

Diksi menurut KBBI, adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam  tulisan. Diksi dihadirkan memberikan ruh agar sebuah kata memiliki kepantasan yang lebih bermakna. Dengan Diksi, kita akan lebih merasakan warna dan rasa untuk setiap kalimat.

Dahulu, sejarahwan Yunani bernama Aristoteles memperkenalkan Diksi untuk menulis puisi. Kini, Diksi berkembang pesat tidak hanya pada puisi tapi juga digunakan untuk memperindah bahasa sebagai padanan kata agar lebih terasa maknanya.

Keindahan diksi sangat penting dalam mempengaruhi nbagaimana pembaca merespon dan menghayati karya. Kata-kata yang dipilih dengan cermat tidak hanya memperkaya pengalaman baca tetapi juga mengekspresikan nuansa, emosi atau Gambaran dengan lebih mendalam, ini jjika dalam konteks sastra atau tulisan kreatif.

Untuk mencapai keindahan diksi, penulis perlu memperhatikan konteks penggunaan kata-kata, pemilihan kosakata yang sesuai dengan nada atau suasana yang diinginkan, serta kemampuan untuk menggambarkan atau menggambarkan dengan cara yang unik dan menarik.

Diksi adalah tentang rasa yang hadir dari logika. Ketika jiwa dihadirkan didalam sebuah tulisan maka akan semakin mudah merangkai diksi yang indah.



Salah satu tokoh yang sangat piawai dalam membuat sebuah diksi adalah Willian shakespiere, dengan karyanya yang epic yaitu Romeo dan Juliet.

Dan.. apa tips nya bagi kita penulis awal untuk dapat menghadirkan diksi yang indah dalam tulisan?

Berikut beberapa tips dari Ibu Maydearly yang dapat dipraktekkan.


5 Tips  yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan/menggali bakat kita dalam berdiksi:

1.       Sense of touch atau indera sentuhan dapat berperan penting dalam mengembangkan diksi, terutama dalam menggambarkan atau menjelaskan pengalaman fisik atau emosional. Berikut adalah beberapa cara di mana sense of touch dapat membantu dalam pengembangan diksi:

a.       Deskripsi Fisik: Menggunakan kata-kata yang merujuk pada sensasi fisik yang dirasakan oleh karakter atau objek dalam cerita. Misalnya, "rasa kasar batu yang menggores telapak tangan" atau "kelembutan bulu halus yang menyentuh pipi"

 

b.       Ekspresi Emosi: Mendeskripsikan bagaimana indera sentuhan mempengaruhi suasana hati atau emosi seseorang. Contohnya, "rasa dingin membelai kulitnya membuatnya merasa kesepian" atau "kehangatan pelukan memenuhi hatinya dengan kedamaian"

 

c.       .Nuansa dan Atmosfer: Menggunakan sensasi sentuhan untuk membangun nuansa atau atmosfer dalam sebuah setting. Misalnya, "angin sepoi-sepoi menyentuh kulit mereka dengan lembut di tepi pantai yang sunyi" atau "hujan deras yang membasahi bumi dengan kelembutan."

 

d.       Metafora dan Personifikasi: Menggunakan sentuhan secara metaforis untuk menggambarkan pengalaman atau objek secara lebih mendalam. Contohnya, "sinar matahari merayap seperti jemari emas yang membelai tanah gersang" atau "suara angin di pepohonan menggelembung seperti suara tawa anak-anak yang bermain."

 

2.       Sense of smell atau indera penciuman adalah elemen penting dalam berdiksi karena dapat menambah kedalaman dan kehidupan dalam deskripsi pengalaman atau suasana. Berikut adalah beberapa cara di mana sense of smell dapat digunakan dalam berdiksi:

 

a.       Deskripsi Lingkungan: Menggunakan aroma untuk menggambarkan lokasi atau lingkungan dengan lebih jelas. Contohnya, "aroma bunga melati yang menyegarkan memenuhi udara di taman itu" atau "bau tanah basah setelah hujan turun sepanjang malam."

 

b.       Karakterisasi: Menambahkan aroma untuk menggambarkan karakter atau suasana hati. Misalnya, "parfum mewah yang menguar dari lehernya menunjukkan keanggunan dan kepercayaan dirinya" atau "bau rokok dan alkohol yang menusuk hidung menggambarkan gaya hidupnya yang kasar."

 

c.       Memori dan Emosi: Menggunakan aroma untuk memicu memori atau mengekspresikan emosi karakter. Contohnya, "aroma kue mangga yang manis membawa kenangan masa kecilnya yang bahagia" atau "bau bensin yang tajam memicu kecemasan dalam dirinya."

 

d.       Metafora dan Simbolisme: Menggunakan aroma secara metaforis untuk menggambarkan suasana atau konsep. Misalnya, "bau kemarahan yang menyengat terasa di udara" atau "aroma kebohongan yang terasa menyengat di ruang rapat itu."

 

3.       Sense of taste atau indera perasa, juga dapat digunakan dengan efektif dalam berdiksi untuk memperkaya pengalaman pembaca dengan sensasi-sensasi yang berkaitan dengan rasa. Berikut adalah beberapa cara di mana sense of taste dapat dimanfaatkan dalam berdiksi:

 

a.       Deskripsi Makanan dan Minuman: Menggunakan rasa untuk menggambarkan makanan atau minuman dengan lebih jelas. Contohnya, "rasa manis dari cokelat leleh mengalir di lidahnya" atau "rasa pedas dari sambal yang membara memenuhi seluruh mulutnya."

 

b.       Ekspresi Emosi atau Perasaan: Menggunakan rasa untuk mengekspresikan emosi atau perasaan karakter. Misalnya, "rasa getir kecewa yang seperti pahit di ujung lidahnya" atau "rasa gembira yang segar seperti buah-buahan tropis yang manis."

 

 

4.       Sense of jurnalisme merujuk pada cara penggunaan diksi yang khas dalam konteks jurnalisme untuk menyampaikan berita atau cerita dengan cara yang informatif, jelas, dan terkadang juga memikat.

 

5.       Sense of hearing atau indera pendengaran dapat diterapkan secara efektif dalam berdiksi untuk menciptakan pengalaman auditori yang kuat dalam tulisan. Berikut beberapa cara menggunakan sense of hearing dalam berdiksi:

 

a.       Deskripsi Suara: Menggunakan kata-kata untuk menggambarkan berbagai jenis suara dengan detail. Misalnya, "derap langkah kaki yang cepat di lorong yang sepi" atau "gemerisik daun kering yang disapu angin."

 

b.       Atmosfer dan Nuansa: Suara dapat digunakan untuk membangun atmosfer atau nuansa tertentu dalam sebuah setting. Contohnya, "gemuruh petir yang menggetarkan jendela" untuk menciptakan ketegangan atau "suara riuh kerumunan yang memenuhi pasar pagi."

 

c.       Ekspresi Emosi: Suara juga dapat mengekspresikan emosi atau perasaan. Misalnya, "senandung riang anak-anak yang bermain di halaman sekolah" atau "ratapan sedih yang terdengar di ruang tengah rumah duka."

 

d.       Simbolisme dan Metafora: Suara dapat digunakan secara metaforis untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Contohnya, "suara jangkrik malam yang menyiratkan kesepian di hatinya" atau "nyanyian angin yang membawa berita baik."

 

Teorinya mudah, namun prakteknya luarbiasa butuh effort dan lumayan menguras pemikiran. Dan salah satu kunci utama agar kita mampu membuat diksi yang indah serta mampu membaca makna sebuah diksi adalah kita harus memperbanyak kosakata.

Bagaimana agar supaya pembaca memahami diksi yang kita lantunkan? Maka buatlah diksi yang maknanya tidak melenceng dari topik, dengan cara mencari sinonim kata yang akan dibuat diksinya agar lebih indah dirasa, namun makna tetap sama.

Dipojok ruangan berselonjor kaki memangku leptop, kugali emosi dan gulungan kata di kepala berubanku, mencoba mematut setiap untaian aksara untuk kujadikan mutiara kata.

Sungguh tak mudah merangkai, seakan kata itu larut dalam wedang uwuh yang tarasa pengar meski kehangatannya memeluk lambung. Berisik para pangeran istanaku menggulung ide yang seketika memudar, terhalau semilir angin malam dari pintu samping yang nampak rumah tetangga.

Oh diksi, laksana koyo cabe di bahu, melekat hangat, memijat. Ups iklan.

Maafkan saya Ibu Maydearly, diksiku tak seindah diksimu, 

Pinang raya, 26 juni 2024, 20:43 WIB

DW

 

 

Senin, 24 Juni 2024

KIAT MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

 

Hai.. salam jumpa dari KBMN, kali ini pertemuan ke 18, pemateri adalah Bapa Eko Daryono, S.Kom.

Materi malam ini bikin jantung deg-deg pyar.. segala hal yang berkaitan dengan kata ilmiah membuat suasana menjadi mencekam hihi. Itu menurut saya, semoga teman-teman tidak begitu ya,, dan semoga kita mendapat pencerahan dengan materi yang dibawakan oleh Pak Eko malam ini.

Menulis buku dari karya ilmiah, bisa ya..? materi ini menurut Pak Eko sebenarnya lebih bersifat teoritis, karena belum adanya standarisasi konversi karya ilmiah menjadi sebuah buku.

Namun demikian, setelah berbagai pengalaman yang beliau dapatkan dari para widyaiswara, peneliti LIPI, pakar menulis maupun dari bertahun tahun pengalaman beliau menjadi editor, dapat dikerucutkan standarisasinya berdasarkan isi buku.

Jadi, karya tulis ilmiah itu yang seperti apa yang dapat dijadikan sebuah buku?

Karya tulis ilmiah adalah tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang yang memenuhi kaidah ilmiah (Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014).



    

Sumber: Bambang Trimansyah (2019:6)


KTI terbagi menjadi 2, yaitu KTI Non Buku dan KTI Buku . Semua jenis KTI dalam gambar diatas data di konversi menjadi sebuah buku.

Sebenarnya apa tujuan KTI di konversikan menjadi sebuah buku? Karena sebenarnya mengkonversikan KTI menjadi buku berdampak pada KTI aslinya, karena bisa jadi dari kegiatan konversi justru menghasilkan buku baru yang fresh atau bisa jadi buku aslinya, namun sudah berubah menjadi buku terbitan percetakan. Dan hal ini berkaitan dengan status buku yakni ber ISBN atau tidak.

Jika bapak/ibu ingin buku hasil cetak mirip dengan buku aslinya, maka sulit untuk mendapatkan ISBN mengingat ketentuan dari perpusnas bahwa buku yang ber-ISBN lebih mengarah pada buku pengetahuan popular. Solusinya jika menghendaki KTI asli menjadi buku maka bisa memakai QRCBN.

Ada lima formula untuk membuat buku dari karya ilmiah:

1.       Formula Judul

2.       Formula Isi

3.       Formula Struktur penulisan

4.       Formula Bahasa

5.       Formula kaidah Buku ISBN

Mari kita bahas satu per satu:

1,    Formula judul.

Judul buku hasil konversi harus dirubah jika judul KTI merujuk terminologi waktu dan tempat.

Contoh pengubahan judul KTI menjadi Judul Buku:

Judul asli : Model Pengembangan Strategi Sweet Love Dalam Membangun Kompetensi Pedagogi Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Y.

Menjadi:

Judul buku yang sudah keluar ISBN : STRATEGI SWEET LOVE

MEMBANGUN KOMPETENSI GURU

Contoh lain:

Judul dari penelitian kuantitatif : PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI KOMPETENSI LITERASI DIGITAL DAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD)

(Analisis Sequential Explanatory Pada Guru Z)

Judul Buku : Guru dan Katalisator Kualitas Pembelajaran

2.    Formula Isi,

Jika judul berubah maka isi juga berubah menjadi non penelitian, artinya tidak lagi mendeskripsikan sebuah penelitian.

Bagian asli dari penelitian yang masih bisa dipakai adalah bagian latar belakang di bab I dan bagian-bagian teoritisnya.

Untuk bab 3,4,5 yang berisi metode, hasil dan Kesimpulan sudah tidak nampak lagi mengarah pada hasil penelitian, namun bahasanya sudah disesuaikan dengan bahasa pengetahuan umum.

3.    Formula Struktur Penelitian,

Pada buku hasil konversi tidak lagi ada bab, sub bab, list paragraph, serta struktur penelitian

tidak lagi terbingkai secara formal dan cenderug terputus-putus, namun dibuat narasi yang mengalir.

Contohnya:




                                

              Untuk list paragraph sebaiknya juga dibuat dalam bentuk narasi.

              Contoh list paragraph sebelum dirubah menjadi narasi.



              Contoh list paragraph seelah dirubah menjadi narasi:

4.    Formula Bahasa,

Bahasa yang digunakan dalam buku konversi tidak lagi formal seperti bahasa penelitian, misalnya seperti gaya kutipan.

Misalkan di dalam Teks KTI tertulis: Menurut pendapat Saihu dst, maka penulisan didalam buku menjadi:


5.    Formula Kaidah Buku ISBN

Untuk pengajuan buku ber-isbn, naskah dilengkapi dengan keaslian karya, sudah siap cetak, minimal halaman isi 50 hal, format buku bacaan umum.

Menurut pak Eko, untuk mengkonversi karya ilmiah menjadi sebuah buku memang dibutuhkan sense of writer,  namun semua dapat dipelajari dan dicari ilmunya berdasarkan pengalaman sendiri maupun dari pengalaman para senior. Terutama para senior di KBMN.

Demikian  resume materi KBMN malam ini, semoga membawa manfaat bagi kita semua. sekali lagi, common sense is not a common thing, but sense of writing is something could be learn. 

            Manisan kersen dibuat konten 
            Tulisan keren berkah konsisten

            Sampai jumpa di resume selanjutnya...


            Pinang Raya, 24 Juni 2024, 20:45 WIB
            DW


           





Rabu, 19 Juni 2024

Pembelajaran lebih interaktif dengan Buku Digital


Hai.. pertemuan KBMN kali ini adalah sudah ke 17. Dengan pemateri Ibu Nur Dwi Yanti atau yang akrab dipanggil Ibu NDY, yang akan mengangkat materi Pemanfaatan buku digital untuk pembelajaran.

Sebelumnya apa sih keunggulan buku digital itu?













Jadi,, itulah buku digital, sepertinya sudah tidak terlalu asing lagi bagi teman penulis kan?

Lalu bagaimana kita membuatnya menjadi sebuah pembelajaran interaktif di kelas?

Apa saja media gratis yang bisa kita manfaatkan?

Kita bisa menggunakan media Canva, Google slides, atau bahkan google docs. Sesuaikan dengan jenjang yang kita ampu.

Caranya cukup mudah, buatlah sebuah design di canva, lalu bagikan link agar murid dapat mengakses dan mengedit secara bersama-sama. Hal ini berlaku juga untuk file google docs.

Untuk file google slides, kita bisa membuat sebuah template yang akan terisi otomatis yang terhubung dengan menggunakan google form. 

Bagi murid kelas rendah, implementasi yang dapat kita pakai bisa jadi dengan mengenalkan buku digital, dengan cara mengakses ke sumber sumber gratis seperti Perpusnas, dll. Atau guru membuat buku cerita sendiri dengan memanfaatkan fitur canva. Membuat design di canva, lalu dibagikan menggunakan aplikasi tautan di canva yaitu Heyzine atau simplebooklet.



Tidak sabar ingin mencoba dan praktek bersama murid nih..

Practice makes perfect.

Berlatihlah untuk mendapatkan yang terbaik.

 

Garut di jawa tegal di jawa

Takut mencoba gagal dimuka

 

Selamat mencoba ..

Pinang Raya, 19 Juni 2024

DW

 

 

 


Rabu, 12 Juni 2024

TIPS EDITING TULISAN SECARA SISTEMATIS

 



 

Hai.. jumpa lagi di pertemuan KBMN ke 16. Kali ini pemateri adalah Bapak Yulius Roma Patandean, M.Pd. Beliau adalah guru bahasa inggris di Tana Toraja.

Tidak ada rumus paten untuk menulis, begitu kata Pak Yulius. Buat saja seperti bunga rampai yang saling berkaitan. Buat jadi menarik, banyakkan contoh, dan jika sudah membahas teori, buatlah teori sendiri, agak susah? Mudah saja, baca tiga teori , simpulkan dengan bahasa sendiri, jadilah sebuah teori baru.

Banyak sekali penulis yang merasa ribet ketika menulis naskah secara sistematis, seperti daftar isi, penomoran halaman, serta daftar pustaka supaya lebih mudah dan sistematis.

Baiklah mari kita bahas satu persatu.

 

 

Langkah awal adalah buat kerangka tulisan seperti judul, kata pengantar, bab 1 , bab 2 dst dan daftar Pustaka. Jika sudah blok, semua, dari beranda, pilih gaya Judul, Klik kanan, ubah, tentukan warna font, jenis font dan ukuran, ok.


Lalu untuk mengisi daftar isi supaya terisi secara otomatis, letak kursor di bawah daftar isi, lalu pilih referensi, pilih daftar isi, pilih otomatis.


Maka akan otomatis muncul seperti ini:


Jika daftar isi bertambah dengan adanya tulisan yang bertambah, tinggal update saja, dengan cara, letak kursor di bagian daftar isi, lalu klik update.

 


 

Bagaimana tentang penomoran halaman?

Klik dua kali di bagian bawah halaman hingga muncul footer.


Lalu pilih : sisipkan, nomor halaman, pilih: bawah halaman, pilih nomor biasa 2.


Untuk membuat halaman judul tidak memiliki nomor halaman cukup dobel klik pada bagian bawah halaman/ pilih header dan footer, lalu klik: halaman satu berbeda.


 

Biasanya untuk penomoran awal seringkali menggunakan huruf romawi, dan di halaman selanjutnya memakai angka biasa, bagaimana memisahkan penomoran halaman?

Misalkan ingin memisahkan format penomorankata pengantar dan bab 1, maka letak kursor di halaman kata pengantar, lalu pilih tata letak, pemisah, halaman berikutnya.


Lalu ubah format penomoran seperti yang diinginkan.

 

Selanjutnya kita ke daftar Pustaka. Bagaimana cara menyematkan daftar pustaka dengan apik?

Pertama kita umpamakan dulu sumbernya berasal dari website:

Klik referrensi, sisipkan kutipan, tambahkan sumber baru.


Lalu klik sumber baru akan muncul isian berikut, isi lalu tekan oke.


Lalu jika ingin menyematkan daftar pustakanya tinggal klik referensi, bibliografi:


Sama halnya jika bersumber dari buku, tinggal ubah di sumber nya saja.

 

Bagimana jika kita menyematkan table, dan ingin memberinya daftar table supaya sistematis?

Klik referensi, Sisipkan keterangan, Tulis keterangan, label, oke.maka akan mucul seperti berikut:


Maka hasilnya akan seperti ini.


Nah, demikian resume tips bagi penulis yang ingin tulisannya sistematis dan tidak manual lagi sehingga editing menjadi lebih cepat dan lebih baik.

 

Burung gelatik balik ke sangkar

Penulis baik mau belajar

 

Sampai jumpa di resume selanjutnya dengan materi yang makin bernas dan rugi jika dilewatkan..

 

Pinang Raya, 12 Juni 2024

DW

Senin, 10 Juni 2024

BUKU NON FIKSI, APA DAN BAGAIMANA

 



 

Pertemuan ke 15 kali ini KBMN dipandu oleh narasumber Ibu Musiin, M.Pd. Beliau seorang Guru , kepala sekolah, aktivis organisasi dan penulis. Beliau akrab dipanggil dengan Bu Iin.

Resume kali ini tentang buku non fiksi, apakah yang dimaksud buku non fiksi itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian buku non fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya).

Penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

1.     Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)

Contoh: Buku Pelajaran

2.     Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan

3.     Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)

 

Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah :

1.              Pratulis

a.     Menentukan tema

b.     Menemukan ide

c.     Merencanakan jenis tulisan

d.     Mengumpulkan bahan tulisan

e.     Bertukar pikiran

f.      Menyusun daftar

g.     Meriset

h.     Membuat Mind Mapping

i.       Menyusun kerangka

2.              Menulis Draf

3.              Merevisi Draf

4.              Menyunting Naskah

5.              Menerbitkan

 

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya

1.   Pengalaman pribadi

2.   Pengalaman orang lain

3.   Berita di media massa

4.   Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram

5.   Imajinasi

6.   Mengamati lingkungan

7.   Perenungan

8.   Membaca buku

Pengalaman orang lain dapat dijadikan inspirasi untuk menulis, tapi pengalaman pribadi akan lebih mudah dituangkan kedalam tulisan.

Contoh tema dan referensi dari Buku Ibu Iin  adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020

Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet.

Referensi terdiri dari

1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;

4. Penemuan yang telah didapatkan.

5. Pemikiran yang telah direnungkan

Tahap berikutnya membuat kerangka.Kerangka ini saya ajukan ke Prof. Eko selaku mentor dan pembimbing penulisan dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan.

Berikut kerangka yang dapat dijadikan contoh acuan:

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A.   Pembagian Generasi Pengguna Internet

B.   Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A.   Media Sosial

B.   UU ITE

C.  Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A.   Pengertian

B.   Elemen

C.  Pengembangan

D.  Kerangka Literasi Digital

E.   Level Kompetensi Literasi Digital

F.   Manfaat

G.  Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H.  Kewargaan Digital

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A.   Keluarga

B.   Sekolah

C.  Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A.   Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B.   Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C.  Membangun Digital Mindset Warganet +62

 

Untuk penulisan kerangka, dapat melihat panduan pada link berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be

Dengan mengikuti langkah dari video, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis.

Bagaimana anatomi dari buku non fiksi itu?

Anotomi Buku

1.         Halaman Judul

2.         Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3.         Halaman Daftar Isi

4.         Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5.         Halaman Prakata

6.         Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7.         Bagian /Bab

8.         Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9.         Halaman Glosarium

10.       Halaman Daftar Pustaka

11.       Halaman Indeks

 

Langkah kedua

Menulis Draf

1.         Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2.         Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

 

Langkah ketiga

Merevisi Draf

1.         Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2.         Memeriksa gambaran besar dari naskah.

 

Langkah keempat

Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1.         Ejaan

2.         Tata bahasa

3.         Diksi

4.         Data dan fakta

5.         Legalitas dan norma

 

Dari sekian banyak langkah yang sudah di rangkum oleh Ibu Iin, yang utama dan tetap terpenting adalah MULAI MENCOBA dan mulailah menulis.

Wow, materi kali ini daging sekali, terimakasih Ibu Iin.

Kasau jadi balai papan di paku

Kalau tak memulai kapan jadi buku

 

Sampai jumpa di resume selanjutnya..

Pinang Raya, 10 Juni 2024

DW