Selamat malam sobat penulis, salam jumpa pada resume ke 18
KBMN gelombang 31. Narasumber kali ini adalah guru cantik Ibu Maydearly, dari
Lebak Banten. Nama beliau pun seperti diksi yang indah, bukankah begitu?.
Sesuai dengan materi kali ini yaitu diksi dan seni bahasa.
Apa itu diksi?
Diksi menurut KBBI, adalah pilihan kata yang tepat serta
selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam tulisan. Diksi dihadirkan memberikan ruh agar
sebuah kata memiliki kepantasan yang lebih bermakna. Dengan Diksi, kita akan
lebih merasakan warna dan rasa untuk setiap kalimat.
Dahulu, sejarahwan Yunani bernama Aristoteles memperkenalkan
Diksi untuk menulis puisi. Kini, Diksi berkembang pesat tidak hanya pada puisi
tapi juga digunakan untuk memperindah bahasa sebagai padanan kata agar lebih
terasa maknanya.
Keindahan diksi sangat penting dalam mempengaruhi nbagaimana
pembaca merespon dan menghayati karya. Kata-kata yang dipilih dengan cermat
tidak hanya memperkaya pengalaman baca tetapi juga mengekspresikan nuansa,
emosi atau Gambaran dengan lebih mendalam, ini jjika dalam konteks sastra atau
tulisan kreatif.
Untuk mencapai keindahan diksi, penulis perlu memperhatikan
konteks penggunaan kata-kata, pemilihan kosakata yang sesuai dengan nada atau
suasana yang diinginkan, serta kemampuan untuk menggambarkan atau menggambarkan
dengan cara yang unik dan menarik.
Diksi adalah tentang rasa yang hadir dari logika. Ketika jiwa
dihadirkan didalam sebuah tulisan maka akan semakin mudah merangkai diksi yang
indah.
Salah satu tokoh yang sangat piawai dalam membuat sebuah
diksi adalah Willian shakespiere, dengan karyanya yang epic yaitu Romeo dan
Juliet.
Dan.. apa tips nya bagi kita penulis awal untuk dapat
menghadirkan diksi yang indah dalam tulisan?
Berikut beberapa tips dari Ibu Maydearly yang dapat
dipraktekkan.
5 Tips yang bisa kita
gunakan untuk mengembangkan/menggali bakat kita dalam berdiksi:
1.
Sense of touch atau indera sentuhan dapat
berperan penting dalam mengembangkan diksi, terutama dalam menggambarkan atau
menjelaskan pengalaman fisik atau emosional. Berikut adalah beberapa cara di
mana sense of touch dapat membantu dalam pengembangan diksi:
a.
Deskripsi Fisik: Menggunakan kata-kata yang
merujuk pada sensasi fisik yang dirasakan oleh karakter atau objek dalam
cerita. Misalnya, "rasa kasar batu yang menggores telapak tangan"
atau "kelembutan bulu halus yang menyentuh pipi"
b.
Ekspresi Emosi: Mendeskripsikan bagaimana indera
sentuhan mempengaruhi suasana hati atau emosi seseorang. Contohnya, "rasa
dingin membelai kulitnya membuatnya merasa kesepian" atau "kehangatan
pelukan memenuhi hatinya dengan kedamaian"
c.
.Nuansa dan Atmosfer: Menggunakan sensasi
sentuhan untuk membangun nuansa atau atmosfer dalam sebuah setting. Misalnya,
"angin sepoi-sepoi menyentuh kulit mereka dengan lembut di tepi pantai
yang sunyi" atau "hujan deras yang membasahi bumi dengan
kelembutan."
d.
Metafora dan Personifikasi: Menggunakan sentuhan
secara metaforis untuk menggambarkan pengalaman atau objek secara lebih
mendalam. Contohnya, "sinar matahari merayap seperti jemari emas yang
membelai tanah gersang" atau "suara angin di pepohonan menggelembung
seperti suara tawa anak-anak yang bermain."
2.
Sense of smell atau indera penciuman adalah
elemen penting dalam berdiksi karena dapat menambah kedalaman dan kehidupan
dalam deskripsi pengalaman atau suasana. Berikut adalah beberapa cara di mana
sense of smell dapat digunakan dalam berdiksi:
a.
Deskripsi Lingkungan: Menggunakan aroma untuk
menggambarkan lokasi atau lingkungan dengan lebih jelas. Contohnya, "aroma
bunga melati yang menyegarkan memenuhi udara di taman itu" atau "bau
tanah basah setelah hujan turun sepanjang malam."
b.
Karakterisasi: Menambahkan aroma untuk
menggambarkan karakter atau suasana hati. Misalnya, "parfum mewah yang
menguar dari lehernya menunjukkan keanggunan dan kepercayaan dirinya" atau
"bau rokok dan alkohol yang menusuk hidung menggambarkan gaya hidupnya
yang kasar."
c.
Memori dan Emosi: Menggunakan aroma untuk memicu
memori atau mengekspresikan emosi karakter. Contohnya, "aroma kue mangga
yang manis membawa kenangan masa kecilnya yang bahagia" atau "bau
bensin yang tajam memicu kecemasan dalam dirinya."
d.
Metafora dan Simbolisme: Menggunakan aroma
secara metaforis untuk menggambarkan suasana atau konsep. Misalnya, "bau
kemarahan yang menyengat terasa di udara" atau "aroma kebohongan yang
terasa menyengat di ruang rapat itu."
3.
Sense of taste atau indera perasa, juga dapat
digunakan dengan efektif dalam berdiksi untuk memperkaya pengalaman pembaca
dengan sensasi-sensasi yang berkaitan dengan rasa. Berikut adalah beberapa cara
di mana sense of taste dapat dimanfaatkan dalam berdiksi:
a.
Deskripsi Makanan dan Minuman: Menggunakan rasa
untuk menggambarkan makanan atau minuman dengan lebih jelas. Contohnya,
"rasa manis dari cokelat leleh mengalir di lidahnya" atau "rasa
pedas dari sambal yang membara memenuhi seluruh mulutnya."
b.
Ekspresi Emosi atau Perasaan: Menggunakan rasa
untuk mengekspresikan emosi atau perasaan karakter. Misalnya, "rasa getir
kecewa yang seperti pahit di ujung lidahnya" atau "rasa gembira yang
segar seperti buah-buahan tropis yang manis."
4.
Sense of jurnalisme merujuk pada cara penggunaan
diksi yang khas dalam konteks jurnalisme untuk menyampaikan berita atau cerita
dengan cara yang informatif, jelas, dan terkadang juga memikat.
5.
Sense of hearing atau indera pendengaran dapat
diterapkan secara efektif dalam berdiksi untuk menciptakan pengalaman auditori
yang kuat dalam tulisan. Berikut beberapa cara menggunakan sense of hearing
dalam berdiksi:
a.
Deskripsi Suara: Menggunakan kata-kata untuk
menggambarkan berbagai jenis suara dengan detail. Misalnya, "derap langkah
kaki yang cepat di lorong yang sepi" atau "gemerisik daun kering yang
disapu angin."
b.
Atmosfer dan Nuansa: Suara dapat digunakan untuk
membangun atmosfer atau nuansa tertentu dalam sebuah setting. Contohnya,
"gemuruh petir yang menggetarkan jendela" untuk menciptakan
ketegangan atau "suara riuh kerumunan yang memenuhi pasar pagi."
c.
Ekspresi Emosi: Suara juga dapat mengekspresikan
emosi atau perasaan. Misalnya, "senandung riang anak-anak yang bermain di
halaman sekolah" atau "ratapan sedih yang terdengar di ruang tengah
rumah duka."
d.
Simbolisme dan Metafora: Suara dapat digunakan
secara metaforis untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Contohnya,
"suara jangkrik malam yang menyiratkan kesepian di hatinya" atau
"nyanyian angin yang membawa berita baik."
Teorinya mudah, namun prakteknya luarbiasa butuh effort dan
lumayan menguras pemikiran. Dan salah satu kunci utama agar kita mampu membuat
diksi yang indah serta mampu membaca makna sebuah diksi adalah kita harus
memperbanyak kosakata.
Bagaimana agar supaya pembaca memahami diksi yang kita
lantunkan? Maka buatlah diksi yang maknanya tidak melenceng dari topik, dengan
cara mencari sinonim kata yang akan dibuat diksinya agar lebih indah dirasa,
namun makna tetap sama.
Dipojok ruangan berselonjor kaki memangku leptop, kugali
emosi dan gulungan kata di kepala berubanku, mencoba mematut setiap untaian
aksara untuk kujadikan mutiara kata.
Sungguh tak mudah merangkai, seakan kata itu larut dalam
wedang uwuh yang tarasa pengar meski kehangatannya memeluk lambung. Berisik para
pangeran istanaku menggulung ide yang seketika memudar, terhalau semilir angin
malam dari pintu samping yang nampak rumah tetangga.
Oh diksi, laksana koyo cabe di bahu, melekat hangat,
memijat. Ups iklan.
Maafkan saya Ibu Maydearly, diksiku tak seindah diksimu,
Pinang raya, 26 juni 2024, 20:43 WIB
DW